Setelah 23 Tahun Menolak Islam, Akhirnya Ayah Saya Wafat Sebagai Muslim





Abdur Rahim Green seorang mualaf menjelaskan bagaimana hari-hari terakhir ayahnya di hospital sebelum dia akhirnya meninggal dunia. Green adalah mantan Pengarah Barclays Bank di Kairo, dan puteranya Abdur Rahim Green memeluk Islam lebih dari 20 tahun yang lalu, dan ketika ini menjadi tokoh terkenal di kalangan sarjana Muslim. Sebelumnya Abdur Rahim berfikir bahawa ayahnya tidak akan menjadi muslim, namun kehendak Allah berkata lain, ayahnya Green akhirnya masuk Islam hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal.

Sebuah hadits Nabi yang berbunyi: “Semoga wajahnya digosok dalam debu (semoga dia menjadi terhina) serta masuk neraka orang yang salah satu orang tuanya sudah mencapai usia tua namun dia tidak melayani mereka.”

Abdul Rahim Green kemudian mengatakan “Itulah mengapa saya memutuskan untuk meluangkan waktu saya di sini dengan ibu saya setelah kematian ayah saya.

Kematian ayah saya adalah sesuatu yang membuat saya sangat bahagia, dan merupakan kisah luar biasa tentang bagaimana hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal, ia diberkati untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat.

Allah SWT hanya menyuruh kita untuk berdakwah dan kita tidak mampu mengubah siapa pun untuk berubah menjadi Islam kecuali dengan izin Allah. Tugas kita adalah untuk menyampaikan dakwah, untuk menjelaskan kepada orang dengan cara terbaik yang kita mampu, hidayah hanya ada di tangan Allah SWT.

Saya tidak pernah berfikir bahawa ayah saya mengucapkan kalimat Syahadah. Ayah saya adalah seorang ayah yang luar biasa, dia memiliki kepribadian yang luar biasa dan tidak ada yang mampu menggambarkan dia sebagai orang yang buruk.

Selama 23 tahun, sejak saya menjadi seorang Muslim, saya telah mengajak ayah saya untuk masuk Islam. Dan saya memutuskan untuk memberikan contoh terbaik saya yang mungkin mampu menggambarkan Islam sebenarnya, tentang bagaimana Islam memandang hidup, tentang bagaimana Islam mengajarkan saya untuk menghormati dia sebagai orang tua. Tapi saya berfikir bahawa ayah saya berfikiran sangat tertutup terhadap Islam, jadi saya tidak pernah berharap penuh bahwa ia akan menjadi seorang Muslim.

Ayah saya telah sakit selama beberapa tahun, dan ibu saya berfikir bahawa ia tidak akan sembuh dari sakitnya. Sebagaimana yang terjadi, beberapa minggu ketika saya kembali dari Eropah, saya tiba di hospital dan terus pergi menemui ayah saya. Saya menatapnya dan saya berpikir bahwa ia mungkin mati malam ini. Jadi, saya berfikir, jika saya tidak mengatakan sesuatu tentang Islam, saya tidak akan memaafkan diri saya sendiri.

Saya tahu bahawa saya mencuba mengajaknya masuk Islam melalui banyak cara. Tapi saya berfikir bahawa saya harus membuat usaha terakhir.

Saya telah menghabiskan waktu yang lama memikirkan apa yang mampu saya katakan. Bagaimana saya mampu mengatakannya? Apa cara yang terbaik untuk mendekatinya? Dia sudah sangat sakit, jadi saya tidak ingin membuat dia susah, saya tidak ingin membuat dia menjadi lebih marah.

Sejujurnya saya takut bahawa ia mungkin mengatakan “Tidak,” dan menolak ajakan saya. Dan saya bahkan bimbang bahawa jika ia memang mengatakan Syahadah namun tidak masuk ke dalam Islam, kemudian ia sembuh dan pulang ke rumah dan menjadi lebih tidak berminat tentang Islam, hal itu lebih menakutkan saya.

Ini betul-betul hal yang susah. Setiap mualaf yang memiliki orang tua yang belum muslim, mereka pasti mengalami dilema ini seperti yang saya alami. Namun jangan pernah meremehkan kekuatan dari doa, kerana itu maka ketika saya bingung, saya meminta Allah untuk membantu saya menemukan sesuatu untuk dikatakan kepada ayah saya.

Ketika ia berbaring di tempat tidur, saya berkata kepadanya: “Ayah! Saya ada sesuatu yang sangat penting untuk saya beritahukan kepada ayah, adakah ayah mahu mendengarnya? Ayah saya tidak mampu bercakap dengan baik, jadi dia mengangguk. Lalu saya berkata: Saya ada sesuatu untuk dikatakan, jika saya tidak mengatakannya, maka saya akan menyesal.

Dan kemudian saya mengatakan kepadanya bahawa “di hari kiamat, seorang lelaki akan datang di depan Allah dengan banyak perbuatan dosa serta kemaksiatan, dan Allah akan berkata kepadanya, anda memiliki sesuatu yang melampaui semua itu. ” Dan orang itu akan berkata, “Apa itu Tuhanku?” Allah berfirman ‘Sebuah pernyataan tertulis yang mampu anda buat: Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.”

Saya berkata, “Jadi ayah, ini adalah kunci surga, ini adalah kunci berjaya dalam kehidupan yang akan datang, bagaimana menurut ayah?”

Dan ia menganggukkan kepalanya.

Saya berkata “Apakah itu bererti anda ingin mengatakan kata-kata tersebut?”

Dan ayah saya berkata “Ya.”

Dia mengikuti kata-kata yang saya ucapkan, “Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Rasulullah.”

Saya harus meninggalkan hospital pada hari itu, kerana hospital memiliki beberapa aturan ketat. Saya mengunjunginya pada hari berikutnya, dan dia sudah tidak ingat apa-apa. Dia tidak mampu mengingat satu hal dari sehari ke hari yang lain, bahkan dari jam ke jam yang lain, tapi itu bukan akhir semua itu.

Tiga atau empat hari sebelum ia meninggal, ayah saya berkata: Tolong, tolong bantu saya.

Saya berkata, “Ayah apa yang kau ingin saya lakukan?”

Dia mengatakan “Saya tidak tahu!”

Lalu ia berkata, “Beri saya sesuatu yang mudah untuk dilakukan.”

Saya teringat hadits Nabi: “Ada sesuatu yang ringan di lidah, namun berat di sisi timbangan” Jadi, saya berkata “Ayah jika saya adalah ayah, saya akan terus mengulangi kalimah syahadah berulang-ulang.”

Dan dia berkata, “Ya, itulah yang ingin saya lakukan.”

Dan kami menghabiskan setengah jam mengulang-ulang kalimah Syahadah itu.

Tidak beberapa lama kemudian, saya berangkat ke Eropah, dan di sana saya mendengar ayah saya telah meninggal dunia. Subhanallah.
sumber

Setelah 23 Tahun Menolak Islam, Akhirnya Ayah Saya Wafat Sebagai Muslim Setelah  23 Tahun Menolak Islam, Akhirnya Ayah Saya Wafat Sebagai Muslim Reviewed by Admin on 5:53:00 PTG Rating: 5
Dikuasakan oleh Blogger.